12. Assed Lussak

12. Assed Lussak

 Beberapa hari sebelum Lebaran, keluarga kami mengalami kebingungan dalam mengunjungi sanak saudara. Ibu bersepakat dengan Kakak bahwa kami cukup mengunjungi saudara-saudara yang usianya lebih tua dibanding Ibu. Apalagi Ibu beranggapan bahwa apabila mengunjungi semuanya, akan membuat kondisi badan sangat lelah. Selain itu, Adik dan Kakak ternyata juga memiliki kesepakatan untuk mengunjungi Ayah, sedangkan saya berpendapat bahwa kami tidak perlu mengunjungi Ayah. Saya juga menyatakan bahwa kita perlu mengunjungi beberapa saudara yang lebih muda karena rumah-rumah mereka berdekatan dengan saudara-saudara tua lainnya. Kami kemudian melakukan negosiasi around the table untuk dapat langsung merundingkan semua usulan. Kami membicarakan kepentingan masing-masing pihak serta alasan yang melatarbelakanginya. Taktik campuran kompensasi spesifik dan bridging pun kemudian saya gunakan untuk menjembatani banyak kepentingan, keterbatasan waktu Lebaran, serta hubungan kekeluargaan yang harus selalu dijaga. Akhirnya, kami sekeluarga mengunjungi seluruh tujuan yang diusulkan masing-masing pihak, namun dengan pengaturan waktu dan giliran kunjungan tertentu sehingga kerugian tiap pihak mampu ditekan seminimal mungkin.

13. Komang Ratih Tunjungsari
Sabtu tanggal 28 September 2008, kemarin, pacar saya, Angga, mengajak saya pergi untuk menemaninya membeli baju. Itu merupakan hari pertama kami bertemu, dan keesokan harinya, Angga harus ke luar kota untuk berlibur dengan keluarganya selama 3 hari sebelum balik ke Surabaya tanggal 4 Oktober 2008. Namun, pada saat itu, saya ingin di rumah saja menonton film. Apalagi, film yang saya tonton dijadikan tugas, sehingga saya harus menonton film dan mengerjakan tugas kuliah saya yang (menurut saya) banyak, sambil menjalankan perintah orang tua untuk menjaga rumah. Setelah itu, saya menawarkan Angga untuk pergi membeli baju setelah Angga datang dari luar kota. Saya pikir, dengan begitu Angga bisa pergi bersama saya seharian dan saya juga tidak ada beban untuk pergi dengannya karena tugas saya sudah selesai Tetapi Angga menolak, karena menurutnya 3 hari kelamaan dan dia ingin bertemu dan makan malam berdua dengan saya setelah lama tidak bertemu. Dia pun menawarkan untuk pergi menemaninya, dan menyuruh saya untuk mengerjakan tugas saya nanti saja setelah menemaninya pergi membeli baju dan makan malam bersama. Dan tawaran tersebut saya tolak, karena saya tidak berani melanggar perintah orang tua saya dan saya sudah berjanji kepada mereka.
      Karena solusi pertama belum disepakati, Angga menawarkan alternatif lain. Bagaimana kalau pergi membeli bajunya di hari lain saja setelah Angga datang dari acara keluarga, dan hari Sabtu ini, Angga ke rumah saya dan saya yang disuruh membuat hidangan makan malam untuknya, sehingga keinginannya untuk makan malam bersama bisa terpenuhi. Tawaran membuatkan hidangan santap malam saya tolak halus, dengan alasan waktu saya dan dia akan terbuang karena setelah menonton film saya harus membuat tugas ini, apalagi waktu sewa filmnya akan segera habis, kalau habis, saya bisa kena denda. Dan kemudian saya ajukan tawaran lain untuk membelikannya hidangan santap malam di dekat rumah saya saja, sehingga, kami bisa menonton film berdua sambil makan malam bersama dengan harapan, Angga mau membantu saya mengingat kejadian penting yang ada di film. Setelah menonton film dan makan malam bersama, saya akan membuat tugas dan Angga saya suruh ikut membantu saya membuat tugas daripada diam, jadi lebih baik dia saya suruh untuk ikut membantu saya membuat tugas karena saya sudah mau membelikannya makanan untuk makan malam bersama. Daripada tidak dapat bertemu saya sama sekali, akhirnya Angga memilih opsi terakhir untuk datang ke rumah saya, dan menemani saya menonton film sambil makan malam bersama dan kemudian ia akan membantu  mengingat kejadian-kejadian yang ada di film tersebut. Dan saya lebih memilih untuk membelikan Angga makanan di dekat rumah, daripada waktu saya membuat tugas dan bertemu dengannya menjadi terbuang ditambah lagi, dengan harapan dia mau bekerjasama untuk membantu saya mengerjakan tugas. Dan saya berjanji kepadanya untuk segera menyelesaikan tugas-tugas saya sebelum dia kembali dari luar kota, sehingga kami bisa berlibur bersama nantinya.
      Konteks: hubungan masa depan tetap baik. Isu yang dibicarakan pada saat itu adalah ingin di rumah saja, ingin pergi membeli baju, menjaga rumah, menonton film, membuat tugas, bertemu berdua, makan malam bersama. Strategi dan gaya bernegosiasi: saya berusaha untuk berkolaborasi dalam negosiasi tersebut, walaupun sempat menggunakan alasan-alasan yang mengarah ke cara contending, demi tercapainya kepentingan saya, tetapi saya berusaha sekali menawarkan solusi agar kepentingan kami dapat tercapai semuanya (problem solving). Posisi saya: ingin di rumah saja. Posisi Angga: ingin pergi membeli baju.Kepentingan saya: menjaga rumah, menonton film dan membuat tugas. Kepentingan Angga: bertemu berdua dengan saya, makan malam bersama. Pertama kali menawarkan solusi, saya sudah mencoba problem solving dengan cara expanding the pie (pergi dengan Angga setelah dia datang dari luar kota), namun solusi tersebut ditolak oleh Angga. Kemudian Angga juga sempat mengajukan solusi, saya tolak dengan menggunakan persuasive arguments. Kemudian saya menagajukan cost cutting untuk membelikannya makanan agar kepentingan saya untuk membuat tugas dapat terpenuhi dan dia mau membantu saya untuk mengerjakan tugas saya bisa tercapai. Dan saya mencoba melakukan teknik bridging untuk kepentingan Angga yang ingin makan malam bersama dan menghabiskan waktu berdua dengan saya menjadi menonton film bersama sambil makan malam.

14. Fariz Ghadati
Senin malam saya menelepon teman SMA saya yang kebetulan kuliah di Jogja juga dan tetapi ia sedang mudik lebaran ke Medan. Saya meneleponnya untuk memintanya membawakan bika ambon empat kotak (sebenarnya saya cuma butuh satu kotak saja buat ibu kos) tetapi saya juga lagi ingin menikmati bika ambon dan juga ingin memberikan teman-teman saya. Mengenai biaya, saya akan menggantinya setelah ia sampai di Jogja lagi. Namun ia agak sedikit keberatan karena dia merasakan akan repot karena dia telah membawa barang yang banyak. Saya mencoba mengalihkan pembicaraan dan saya mencoba mencari tahu apa hal yang sedang diinginkannya saat ini sebagai bahan negosiasi saya selanjutnya. Ternyata saya menangkap dan menyimpulkan bahwa dia lagi pengen sandal. Kemudian saya menawarkan akan membelikannya sandal kalau ia sudah di Jogja karena saya tahu dimana toko sandal yang bagus dan murah di Jogja asalkan ia mau membawakan saya bika ambon tersebut. Dia setuju tapi dia hanya ingin membawakan saya satu kotak saja karena merasa repot banget. Saya mencoba menegosiasikannya lagi dan lebih menurunkan demand saya menjadi dua kotak saja dan mengenai kerepotannya, saya menawarkan akan menjemputnya di Bandara Adi Sucipto dan mengantarnya sampai ke kontrakannya agar dia tidak terlalu kesusahan membawa banyak barang. Akhirnya dia menyetujui penawaran saya tersebut dan berjanji akan membawakan saya bika ambon dua kotak.
      Apabila kita lihat dari kasus diatas, masing-masing perunding yakni saya dan teman saya berusaha memecahkan masalah dengan cara mencari kepentingan masing-masing. Saya menginginkan untuk dibawakan bika ambon empat kotak, namun ia agak sedikit keberatan dengan alasan repot dan akhirnya saya menggali kepentingannya lebih dalam dan menangkap bahwa dia sedang menginginkan sandal (feasibility-tracking). Akhirnya saya menawarkan membelikannya sandal namun ia hanya mau membawakan satu kotak saja karena repot dan saya akan menjemputnya di Bandara dengan goal bika ambon dua kotak, dan ia setuju. Gaya konflik yang bisa dilihat dari kasus diatas yakni Kolaborasi dengan strategi Problem solving dengan taktik kompensasi non spesifik (membelikannya sandal ketika ia sudah di Jogja lagi yang diperoleh melalui feasibility-tracking) dan taktik cost cutting (dengan menawarkan menjemputnya di Bandara). Demand saya yaitu empat kotak bika ambon, limit saya satu kotak yaitu cuma buat ibu kos, goal saya dua kotak bika ambon.

15. Indah Dwi P.
Membeli Baju koko”
             Pada hari menjelang Idul Fitri, saya dan ibu saya disibukkan oleh kebutuhan-kebutuhan keluarga. Contohnya adalah membeli pakaian untuk melaksanakan shalat Ied. Dan pada 2 hari menjelang Idul fitri, saya dan ibu saya pergi membeli baju koko untuk ayah dan kakak saya, yang pada saat itu kakak saya belum pulang ke rumah. Saya dan ibu hanya diamanatkan untuk memebeli baju koko dengan ukuran L berwarna hijau. Akhirnya saya dan ibu pergi ke toko Bombay Textile membeli baju koko untuk ayah dan kakak, disana kami memilih baju yang benar-benar pas. Pada waktu itu, ibu membawa contoh ukuran baju untuk ayah dan lupa membawa contoh ukuran baju kakak. Kami pun kerepotan untuk mendapatkan baju yang pas untuk kakak, sedangkan untuk ayah, kami sudah mendapatkan yang pas karena kami sudah mencocokkannya dengan contoh ukuran yang kami bawa. Karena kami membeli di Bombay Textile yang ukurannya berbeda dengan ukuran Indonesia, maka kami bingung untuk menentukan pilihan ukurannya, karena baju yang berwarna hijau hanya tinggal satu dan itu pun berukuran M, tetapi ukuran M disini besar jadi kami cukup sulit untuk menentukannya.
            Akhirnya, penjual toko itu tetap menawarkan baju itu pada kami karena mereka terus meyakinkan kalau ukuran M ini besar dan pasti muat untuk kakak. Tetapi sebenarnya kami masih ragu karena khawatir ukurannya tidak pas dengan badan kakak. Kami pun akhirnya meminta kompensasi jika kami jadi mengambil baju koko berwarna hijau berukuran M, tetapi tidak muat dengan ukuran badan kakak, kami meminta untuk menukarnya dengan baju koko yang lain yang pas dengan ukuran badan kakak. Dan penjual itu setuju dengan permintaan kami, kami pun jadi membeli baju itu.
            Dengan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa posisi kami adalah menukar dengan baju yang pas dengan kepentingan agar baju itu pas untuk ukuran badan kakak. Sedangkan posisi penjual adalah menjual baju koko dengan kepentingan mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Taktik negosiasi yang kami lakukan adalah memecahkan masalah (problem solving) yaitu berupa “kompensasi spesifik” dimana satu pihak mendapat yang diinginkannya dari negosiasi tersebut, pihak lain dihargai dengan tetap mendapatkan kepentingannya meski tuntutan awalnya tidak terpenuhi.

16. Rakhmawati Endah P.
      Saya berencana untuk mengirimkan sebuah paket kado ulang tahun kepada guru bahasa mandarin saya yang saat ini melanjutkan studinya di Beijing. Saya ingin mengirimkan kado spesial tersebut tiga hari sebelum ulangtahunnya (karena saya tidak menggunakan jasa ekspres yang lebih mahal) agar diterima tepat pada hari ulangtahunnya. Pada hari ketika saya ingin mengirim paket itu, teman-teman lama saya secara mendadak mengajak saya untuk bertemu di Pondok Indah dan kemudian menonton film bersama. Pada saat menelepon saya, mereka sudah ada di Pondok Indah dan sedang mengantri tiket. Kumpul bersama teman-teman lama saya memang menjadi agenda saya liburan ini, tapi tidak di hari itu, apalagi saya harus segera mengirim paket kado. Saya juga mengatakan bahwa saya akan datang sangat terlambat karena saya harus ke kantor jasa pengiriman dulu yang jaraknya lumayan jauh dari rumah saya sebelum kantornya tutup. Namun teman-teman saya bersikeras agar saya mengirimnya di lain waktu saja, karena jika terlambat, mungkin filmnya sudah setengah jalan. Akhirnya, setelah lama bernegosiasi, keputusan yang didapat adalah saya akan dijemput di rumah oleh teman saya (yang belum berangkat ke Pondok Indah) bersama supirnya, saya dan teman saya itu akan ke Pondok Indah dengan mobil saya, dengan begitu supirnya dapat mengirimkan paket saya.
      Disini saya menggunakan taktik cost cutting untuk memecahkan masalah karena satu pihak (teman-teman saya) meringankan beban saya untuk mengirimkan paket itu agar bisa berkumpul dan menonton film bersama.

17. Theosa Dinar S (21596)
“Membeli Pizza”
Ketika saya melihat iklan di televisi, saya tergiur untuk mencoba rasa pizza terbaru yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan asing pizza terkenal . Dilihat dari iklan, Pizza dengan rasa gulai tersebut membuat saya ngiler tak sabar ingin segera memakannya. Akan tetapi, ketika saya melihat iklan tersebut saya sedang berlibur di Kalimantan Selatan dan saya tinggal di suatu kabupaten yang pastinya tidak akan bisa menemukan restaurant pizza :c.  Akan tetapi saya masih bisa bernapas lega karena restaurant pizza yang beriklan tadi bisa saya temukan di Banjarmasin, dimana jarak dari dearah saya tinggal ke Banjarmasin memakan waktu 1 jam perjalanan. Saya akhirnya memutuskan untuk segera pergi ke Banjarmasin dan menikmati pizza idaman saya. Akhirnya saya mencoba untuk berbicara dengan ayah saya, saya bertanya kapan kira-kira ayah punya waktu luang dan bisa menemani saya ke Banjarmasin membeli pizza, dan ayah pun bilang bahwa sebenarnya dalam minggu ini dia ingin pergi ke Banjarmasin untuk membeli cat mobil. Senangnya hati saya mendengarnya, lalu saya bertanya lagi kira-kira kapan waktu pastinya ayah saya akan berangkat, saya mencoba menawarkan alternative I dengan jadwal bepergian hari selasa, 30 September. Awalnya ayah tidak menyetujuinya karena pada hari itu ayah kan harus masuk kerja lagipula tak enak dengan karyawan lain karena ini kan baru saja selesai liburan lebaran, ayah pun akhirnya menawarkan berpergian pada hari jumatnya. Saya tentunya tidak setuju karena itu terlalu lama menunggu hingga hari jumat tiba. Akhirnya saya menambah sumber daya waktu pada hari selasa tersebut, dengan mengajak ayah pergi ke Banjarmasinnya sehabis ayah pulang dari kantor pukul 14.00 WITA. Sebenarnya saya tahu ayah pasti akan merasa kelelahan setelah seharian bekerja, akan tetapi saya mencoba menyakinkan bila ayah membeli cat mobilnya pada hari selasa maka ayah bisa langsung mengecat mobilnya pada akhir pekan dan mobil ayah pun bisa lebih cepat dipakai. Ayah pun akhirnya setuju tawaran saya untuk pergi bersama pada hari dan jam itu ;p. Dengan begini, kami sama-sama diuntungkan, ayah saya tetap bisa pergi ke kantor dan saya bisa membeli pizza idaman saya. Akan tetapi, saya kembali teringat dengan situasi di Banjarmasin pada waktu bulan puasa, dimana ada peraturan daerah yang tidak memperbolehkan penjualan makanan di tempat umum dan makan di tempat umum bagi setiap warganya, bila kedapatan melanggar maka akan ditangkap dan dikenakan denda :c. Lagi-lagi saya harus berputar otak agar saya bisa menikmati pizza saya dalam kondisi masih panas dan mak yuzzz. Kebetulan karena kami berngkat siang hari, saya akhirnya berpikir untuk baru membeli pizzanya pada jam-jam mendekati buka puasa. Selama dalam perjalanan, tenyata ayah saya ingin agar saya membeli pizza terlebih dahulu sehingga beliau bisa bebas membeli beberapa cat mobil dan perkakasnya. Karena saya ingin makan pizza dalam keadaan hangat tanpa sembunyi-sembuyi didalam mobil dan waktu yang tepat untuk itu adalah dengan membelinya di sore hari menjelang buka puasa. Sehingga saya pun menolakknya dengan halus dan beralasan bahwa kondisi di Banjarmasin tidak kondusif untuk membeli dan memakan pizza di siang hari, sekalipun dengan diam-diam memakannya di dalam mobil karena pasti akan ketahuan. Lagipula saya juga mengingatkan bila waktu ayahlah yang lebih sempit untuk membeli cat di toko cat, mengingat pukul 4 biasanya banyak toko yang pada tutup. Awalnya, beliau tidak merasa nyaman dengan alasan saya karena beliau berpikir saya akan kelaparan bila harus menunggu membeli pizza pada sore hari, waktu menjelang buka puasa. Saya pun meyakinkannya lagi dengan mengatakan bahwa saya sudah sarapan dari rumah dan tidak akan merasa lapar. Akhirnya ayah pun setuju untuk membeli kebutuhannya terlebih dahulu. :p Akhirnya saya pun bisa membeli dan menikmati pizza gulai saya tanpa sembunyi-sembuyi dan ayah saya pun puas bisa membeli kebutuhan cat mobilnya tanpa khawatir tokonya sudah tutup.
Dalam negosiasi ini saya sudah menentukan posisi saya untuk bisa membeli pizza idaman saya secepatnya dan membelinya pada jam-jam yang mendekati jam berbuka puasa. Ketika bernegosiasi dengan ayah saya, saya menggunakan taktik contending, dimana cara saya adalah mengemukakan argument-argument (alasan) yang masuk akal (Persuasive argument) dan memperluas range waktu yang kami miliki pada hari selasa tersebut (Expanding the pie) . Dan kami pun bisa sepakat untuk pergi pada hari selasa pukul 2 siang. Dalam bernegosiasi dengan ayah siapa yang lebih dulu melakukan kegiatannya di Banjarmasin, ayah yang ingin saya duluan membeli pizza sehingga ayah saya bisa leluasa memilih cat, sedangkan saya ingin membeli pizza pada sore hari. Saya mengemukankan alasan saya untuk menolak dengan menitik beratkan pada keterbatasan waktu yang dimiliki oleh ayah (Time Pressure) dalam mebeli catnya. Dan kami pun bisa sepakat untuk lebih mendahulukan kebutuhan ayah dan barulah setelah itu giliran saya yang untuk membeli pizza. 

18. Diah Ayu Kartika
Saat liburan minggu lalu, saya menitip kepada teman saya yang bernama Aldi untuk membelikan baju di Bandung . Karena dia kebetulan sedang kuliah di sana . Untuk masalah biaya tidak terlalu menjadi masalah karena saya bisa mentransfer ke rekening dia melalui ATM. Namun yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara kami bertemu untuk bisa menyerahkan baju tersebut dan sempat mengobrol. Memang, kami tinggal di satu komplek, namun liburan lebaran tahun ini teman saya pergi mudik ke Cirebon . Dan kami hanya punya waktu 1 hari untuk bertemu di rumah, karena saya harus segera pulang ke Jogja dan dia juga harus balik ke Bandung . Hanya saja di hari itu saya memiliki janji dengan teman-teman SMA untuk bertemu dan makan di Saung Edi, dan dia juga memiliki urusannya sendiri dengan teman-temannya untuk nonton film. Awalnya saya meminta dia untuk ikut makan bersama teman-teman saya sebelum pergi menonton, dengan begitu kami tetap bisa mengobrol dan dia bisa memberikan titipan saya berupa baju, namun dia menolak dengan alasan tidak enak dengan teman-teman saya karena tidak begitu kenal. Kebalikannya, saat dia menyuruh saya untuk ikut nonton setelah makan, saya juga keberatan karena alasan yang sama. Akhirnya saya berjanji jika dia mau ikut makan dengan saya, maka saya dan teman-teman akan ikut nonton dengan dia dan teman-temannya. Jadi kami tetap bisa bertemu, mengobrol dan menyerahkan baju tanpa merusak acara masing-masing.
            Dari negosiasi di atas, isunya adalah tempat bertemu untuk memberikan baju dan mengobrol. Kepentingan saya adalah bertemu teman-teman SMA, mengobrol dengan Aldi dan mendapatkan baju titipan. Sedangkan kepentingan dia adalah menonton film, menyerahkan baju dan mengobrol bersama. Saya menggunakan strategi berunding problem solving dengan taktik bridging. Dengan tercapainya semua keinginan saya, maka saya mencapai demand yang paling dimungkinkan. Tuntutan dan konsesi yang ada ditentukan oleh hostility, saat dia bersedia ikut makan dengan saya dan teman-teman, maka saya juga membalas dengan ikut nonton dengan dia dan teman-temannya.

19. Olga Audita A.
   Liburan ini saya lewatkan bersama saudara-saudara saya di Yogyakarta, karena kebetulan juga ada reuni keluarga. Suatu siang, saya dan beberapa saudara sepupu saya berunding menentukan ke mana kami akan menghabiskan sore kami. Kami sangat suka menonton film, dan kebetulan sekali saat itu di bioskop sedang diputar sebuah film yang sudah lama kami tunggu, Laskar Pelangi, dan seorang sepupu saya, Mario, mengusulkan untuk mengisi sore kami dengan menonton film tersebut. Sebenarnya bukan hanya kami yang sudah lama menantikan film tersebut, tapi banyak orang juga menantikan film itu. Sejak hari pertama film itu diputar, tiketnya selalu habis terjual dalam waktu singkat. Oleh karena itu, kalau benar-benar ingin menonton harus datang lebih awal dan mengantri, bahkan sebelum loket bioskop dibuka. Pada dasarnya, saya tidak keberatan bahkan sangat antusias dengan usulan sepupu saya tersebut, namun bayangan harus mengantri dan berdesak-desakan untuk mendapatkan tiket membuat saya jadi berpikir lagi. Lalu, saya mendapat sebuah ide untuk menghabiskan sore kami di sebuah kafe langganan saya sambil browsing internet gratis dengan memanfaatkan fasilitas free hot spot yang disediakan kafe tersebut, sekalian saya juga ingin mencari bahan untuk tugas kuliah. Saya menyampaikan ide saya itu kepada sepupu-sepupu saya, namun mereka terlihat lebih suka pada usul Mario untuk menonton Laskar Pelangi. Lalu, saya berusaha menyampaikan argumen saya bahwa kalaupun kami berangkat ke bioskop kami pasti tidak akan kebagian tiket. Sudah terlalu siang untuk membeli tiket film yang sedang sangat diminati banyak orang. Mario masih bersikeras ingin nonton dengan menyampaikan kemungkinan tiketnya belum habis karena hari itu sudah hari keenam film diputar dan antriannya pun sudah tidak sebanyak pada hari-hari pertama. Namun, saya juga tetap ngotot dengan usul saya, karena menurut pengalaman saya untuk film-film laris seperti Laskar Pelangi orang rela menghabiskan uang untuk menonton film itu berkali-kali. Jadi, walaupun sudah hampir seminggu diputar antriannya masih panjang. Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya saya berhasil meyakinkan saudara-saudara sepupu saya bahwa bukanlah ide yang bagus untuk nekat pergi ke bioskop sekarang. Kalaupun kami ingin menonton, kami masih bisa pergi keesokan harinya dan berangkat lebih awal ke bioskop supaya tidak kehabisan tiket. Akhirnya hasil yang kami capai yaitu sore itu kami menghabiskan waktu kami di kafe langganan saya dan besok kami baru menonton Laskar Pelangi di bioskop.
   Isu yang dibahas adalah ke mana saya dan sepupu-sepupu saya akan menghabiskan sore hari kami. Posisi saya adalah pergi ke kafe langganan saya, kepentingan saya adalah tidak antri dan berdesak-desakan untuk dapat tiket, serta bisa mencari bahan tugas kuliah. Posisi Mario dan sepupu saya lainnya adalah pergi ke bioskop, kepentingannya adalah menonton Laskar Pelangi yang sudah lama ditunggu. Dari kasus ini bisa dilihat bahwa seorang negosiator harus bisa mempersuasi lawan berundingnya dengan menggunakan argumen yang tepat sehingga bisa membuat argumen lawan menjadi lemah atau bahkan salah (dengan memanfaatkan pengalaman saya menonton film laris serupa untuk berargumen). Perundingan kali ini menggunakan strategi problem solving (win-win solution) dan taktik expanding the pie (hari ini ke kafe langganan saya, besok nonton Laskar Pelangi).

20. NILA PUTRI PERDANA
  Negosiasi minggu ini diawali dari rencana saya dan beberapa kawan SMA untuk mengisi libur lebaran hari ke 5 ini dengan berkunjung ke kediaman salah seorang guru kami. Saya dan ketiga kawan saya berangkat bersama menggunakan mobil salah satu teman. Pada hari itu agenda kami mengunjungi rumah guru dan menghabiskan waktu bersama sampai sore hari. Di tengah-tengah perjalanan, salah seorang kawan saya berkata bahwa ia hanya bisa bersama kami sampai pukul 15.00 sore, dengan alasan ia harus mencari bahan jurnal untuk tugas kelompoknya yang tertunda dan harus mengirimkan via email sebelum pukul 15.30 sore. Tentunya kami sedikit kecewa mendengarnya, pasalnya kami tidak ingin kehilangan satu “kontestan”. Yang kami butuhkan yaitu fasilitas internet dan makan siang (saat itu sudah masuk waktu makan siang). Solusi yang terlintas dibenak kami yaitu kami merencanakan untuk makan siang bersama di salah satu restoran yang memiliki fasilitas wifi. Namun sebenarnya saya kurang setuju karena saya agak keberatan jika harus mengeluarkan uang lebih dan saya memang kurang tertarik dengan menu restoran tersebut.. Akhirnya saya tawarkan untuk mengunjungi rumah salah seorang kawan yang kebetulan sama-sama belum sempat kami kunjungi. Setahu saya komputer kawan saya tersebut dilengkapi koneksi internet dan kebetulan ia baru saja pulang umroh dan mengadakan open house pada hari itu. Dan tentunya semua setuju!
Posisi saya dan kawan-kawan saya dalam negosiasi diatas yaitu berkumpul dan makan siang bersama. Kepentingan saya yaitu makan siang enak tapi gratis. Sementara kepentingan kawan saya meyelesaikan dan mengirim tugas sebelum pukul 15.30.  Jenis negosiasi yang digunakan adalah Problem solving. Taktik pemecahan masalah yang digunakan yaitu Bridging. Karena dalam negosiasi diatas kepentingan kami terpenuhi sekaligus dan berhasil menciptakan pemecahan masalah yang kreatif dan solutif. Kami tetap dapat meghabiskan waktu bersama sampai sore hari, kawan saya dapat meyelesaikan tugas tepat waktu dan kami dapat makan siang bersama sambil bersilaturahmi ke rumah teman. Demand kawan saya yaitu makan di restoran mewah berfasilitas wifi. Goal yang saya ingin capai yaitu makan siang enak dan pastinya gratis plus fasilitas internet. Limit saya, mencari alternative restoran atau kafe yang lebih murah plus fasilitas wifi. BATNA, saya tahu bahwa salah satu kawan kami sedang mengadakan open house dan dirumahnya memilki fasilitas internet.

21. GERALDUS DANISTYA KALOKA PUTRA
Negosiasi ini terjadi pada tanggal 5 Oktober 2008. Ketika itu saya mendapatkan SMS dari teman saya yang ingin meminta saya membelikan dia sepatu baru karena waktu itu sedang ada cuci gudang sehingga banyak sepatu-sepatu dijual sangat murah seharga 15 ribu rupiah per pasang yang bisa dibayar kemudian, sedangkan teman saya itu tidak mempunyai uang karena telah habis dipakai untuk keperluan melayat. Akhirnya saya menyanggupi karena toh tidak terlalu mahal mengingat harga aslinya yang bisa mencapai 80 ribu rupiah per pasang. Sampai titik ini saya mengira dia hanya membeli satu pasang sepatu saja, namun kemudian tanpa pemberitahuan sebelumnya, dia kemudian mengirim SMS kepada saya bahwa dia sudah mengambil tiga pasang sepatu yang total harganya tentu bukan 15 ribu rupiah, tetapi menjadi 45 ribu rupiah. Saya tentu tidak mengira bahwa dia akan mengambil tiga pasang karena mengira dia hanya mengambil satu pasang saja, dan kemudian menyuruhnya untuk mengembalikan yang dua ke penjualnya. Namun teman saya itu tidak mau karena dia menyenangi ketiga model sepatu itu karena ketiganya sama-sama bagus dan cocok dengan kepribadian dia. Saya tetap bertahan bahwa saya hanya bisa membelikan dia sepasang sepatu saja, tetapi dia bersikeras bahwa dia ingin ketiganya dan sudah tidak mungkin lagi mengembalikan yang dua pasang karena barang yang sudah diambil tidak boleh dikembalikan. Dia juga lantas menggunakan faktor emosi bahwa saya tidak serius membelikan sepatu untuknya. Akhirnya saya memberikan solusi kepada dia jika dia memang menginginkan ketiga pasang sepatu itu, saya akan membelikan dia sepasang saja seharga 15 ribu rupiah, dan dua pasang lainnya akan saya pinjamkan uang saya sebesar 30 ribu rupiah kepadanya supaya bisa membayar sepatu itu kepada si penjual, tetapi 30 ribu rupiah itu dalam bentuk utang sembari berkata kepadanya kelak kalau meminta sesuatu jangan mendadak seperti ini. Akhirnya teman saya menyanggupi, dan dia berjanji akan mengembalikan uang saya sebesar 30 ribu rupiah itu pada akhir bulan Oktober ini dan berjanji pula akan meminta pendapat saya sebelum memiliki keinginan.
Analisis
            Pada awalnya kami bersikukuh untuk mencari jalan agar argumen kami masing-masing dapat dipertahankan. Namun karena tahu bahwa tidak akan ada pemecahan masalah jika saling bertahan dalam pemikiran masing-masing, akhirnya kami harus mencari cara agar terjadi win-win solution di antara kami walaupun masing-masing harus mengorbankan kepentingan masing-masing, namun sampai saat ini segalanya masih berjalan dengan baik di antara kami berdua sehingga masalah ini dianggap telah selesai.

22. Maria Patricya N.
      Libur lebaran kali ini saya memutuskan tidak pulang ke Jakarta, dan tetap tinggal di Yogyakarta. Sebenarnya saya malas untuk menghabiskan liburan di kosan karena pasti semua orang pulang ke daerah asalnya, dan saya harus tinggal di kosan saya sendirian. Saya berpikir bagaimana agar tidak sendirian saja di rumah (kepentingan), dan memutuskan untuk pergi ke rumah tante saya. Rumah tante saya ini ada di Kaliurang Km.12,8. Sebenarnya jarak yang jauh ini selalu membuat saya malas untuk pergi kesana, apalagi saya tidak bisa mengendarai motor. Untuk kesana saya harus naik Kol ke Kaliurang lalu dilanjutkan dengan ojek.
      Namun saya tetap memutuskan untuk pergi, pada hari Sabtu 27 Agustus 2008, saya mengirim SMS kepada sepupu saya, dan membujuknya untuk menjemput saya ke kosan (posisi). Awalnya sepupu saya menolak karena tugas kuliahnya banyak. Dan saya terus memakai taktik kompensasi spesifik, bahwa bila dia menjemput saya, saya akan membantunya mengerjakan tugasnya. Hari Minggu pagi sepupu saya akhirnya setuju untuk menjemput saya karena ternyata hari Senin dia memang harus pergi ke bawah untuk menemui dosennya di kampus.
      Tapi malam itu saya baru tahu bahwa ada seorang teman saya juga tidak pulang lebaran ini. Dan ia minta untuk ikut ke rumah tante saya. Saya setuju asal ia nanti menjaga sikap di rumah tante saya. Saya merasa tante saya tidak akan keberatan karena ia dan sepupu saya sudah mengenal anak ini sebelumnya. Saya pun kembali meng-SMS sepupu saya untuk bernegosiasi ulang karena sekarang isu bertambah, sepupu saya harus menjemput saya dengan mobil karena ada teman saya yang mau ikut. Kebetulan sepupu saya  baru mendapat sim mobil, namun sepupu saya tidak menyanggupi karena ternyata dia masih takut untuk membawa mobil sendiri. Dibujuk seperti apapun dia tidak bisa akhirnya saya mundur (withdrawal) dari negosiasi ini.
      Karena sepupu saya bilang tak bisa saya pun beralih ke BATNA dan menelpon tante saya. Saya membujuk tante saya untuk menjemput dan mengatakan ada teman saya yang mau ikut juga. Akhirnya tante saya setuju untuk menjemput saya, setelah saya berjanji akan membantu membersihkan rumah ketika pembantu tante pergi. Dengan begini saya berhasil menjembatani (bridging) kepentingan semua pihak.


23. ROSANTI BUDI RAHAYU
Lebaran ini saya dan keluarga banyak menghabiskan waktu dirumah saja. Karena merasa bosan, hampir setiap hari saya bermain game agar waktu lebih cepat terbuang. Karena terlalu ayik main game saya tidak sadar kalau ternyata kakak saya, yang ternyata juga merasa bosan dirumah, marah karena ingin menonton televisi. Kebetulan saya meggunakan televisi untuk bermain game. Akhirnya kami bernegosiasi untuk mencari jalan keluar agar kami sama-sama tidak merasa bosan dan dirugikan. Kami sepakat untuk membagi jam pemakaian televisi. Awalnya saya bilang akan menggunakan televisi dari pagi sampai jam 3 sore untuk bermain game. Tetapi kakak saya langsung menolak karena dia tidak dapat menonton acara infotainment kesukaannya. Kemudian dia menawarkan agar saya bermain game di jam-jam yang tidak ada acara infotainment di televisi. Namun saya juga menolaknya karena saya tau jam-jam di televisi saat ini lebih didominasi oleh acara infotainment. Setelah banyak berbicara dan saling memahami kepentingan masing-masing, akhirnya kami menyepakati satu keputusan, saya bermain game di siang dan malam hari sedangkan pagi dan sore hari televisi digunakan kakak saya untuk menonton acara kesukaannya.
Analisa perundingan
Disini gaya berkonflik yang digunakan adalah kolaborasi dengan prolem solving sebagai strategi perundingannya sehingga hasil yang didapatkan adalah win-win. Para negotiators menggunakan taktik berunding bridging, walaupun tidak dapat memenuhi demand untuk bermain game dari pagi hingga sore, tetapi saya cukup puas untuk bermain game berdasarkan waktu yang telah disepakati.

24. Marta Tintya
Libur lebaran kemarin saya pulang kampung ke kudus. Biasanya di hari lebaran orang tua saya membelikan saya pakaian baru. Tapi ada yang berbeda dengan lebaran kali ini. Saya ingin hadiah lebaran saya diberikan dalam bentuk uang karena saya punya kebutuhan lain yang lebih penting daripada baju baru yaitu ingin membuat paspor. Orang tua saya awalnya agak keberatan karena harga baju dengan biaya pembuatan paspor berbeda. Saya juga minta bantuan dari kakak saya untuk menambahi biayanya. Tetapi, orang tua saya masih agak keberatan karena untuk apa tujuan saya buat paspor. Saya jelaskan kepada mereka, saya semester depan punya keinginan pergi ke luar negeri dan program itu juga ada di salah satu mata kuliah semester depan nanti. Maka dari itu, saya menawarkan lagi kepada mereka, nanti kalau kurang saya tambahkan dari uang sisa angpau lebaran. Orang tua sayapun setuju asalkan saya makin rajin belajarnya tidak hanya jalan-jalan saja yang dipikirkan.hehehe..
Dari cerita tadi, dapat disimpulkan bahwa perunding menggunakan taktik berunding problem solving, perunding bisa lebih kooperatif untuk menawarkan pilihan bagi lawan berunding tanpa merugikan pihak manapun, taktik cost cutting yang digunakan juga cukup membantu supaya kedua perunding bisa mencapai kesepakatan. Kepentingan kedua pihak juga saling terpenuhi, sehingga hasil perundingan dikategorikan win-win. Dan perunding juga bisa meyakinkan kedua orang tuanya untuk menyetujui keinginannya dengan alasan yang tidak dibuat-buat. Demand saya adalah hadiah lebaran diganti dari pakaian baru menjadi fresh money, BATNAnya saya punya sumber keuangan lain jika orang tua saya sudah terlanjur membelikan saya pakaian baru yaitu kakak saya.

25. Aldi Triyanto
Permak Jeans
Empat hari sebelum lebaran, saya berniat membetulkan kedua celana jeans saya yang kepanjangan. Saya datang ke tempat permak jeans langganan, namun ia menolak jeans saya karena mau pulang kampung ke Madura lebih cepat. Beliau berencana pulang sekitar pukul 4 sore dan mau bersiap-siap dahulu sebelum berangkat ke Madura, sementara saya memasukkan jeans pada pukul 12 siang. Ia menyuruh saya untuk datang seminggu setelah Lebaran, karena Ia baru kembali ke Surabaya sekitar tanggal 10 oktober. Saya mengatakan kepada beliau bahwa saya tidak bisa menunggu sampai tanggal 10 oktober karena saya sudah kembali ke Jogja pas tanggal 10 oktober. Awalnya beliau bersikeras tidak bisa memperbaiki jeans saya. Dengan berusaha mengerti keinginan beliau yang buru-buru pulang kampung, akhirnya saya mengusulkan agar satu jeans dulu yang diperbaiki. Jeans yang satunya bisa diperbaiki lain kali saja. Saya juga bilang bahwa jeans saya kan hanya tinggal dipotong beberapa senti dan diobras saja, apakah tidak bisa diusahakan? Setelah berpikir cukup lama, akhirnya beliau menyanggupi, walaupun saya harus merelakan jeans yang satunya tidak bisa dipermak, toh saya masih bisa memakai jeans favorit saya yang satunya di hari Lebaran.
Strategi berunding yang digunakan adalah concession-making. Masing-masing pihak hanya meraih setengah dari tuntutan yang diinginkan. Bapak permak jeans kehilangan waktu dan tenaga untuk bersiap-siap pulang mudik ke kampung halaman. Keinginan saya untuk memperbaiki dua buah jeans sekaligus tidak terlaksana, karena akhirnya yang dipermak hanya satu jeans saja. Hasil negosiasi mediocre-mediocre. Dalam negosiasi tersebut, faktor waktu – time pressure, menjadi salah satu faktor penunjang penyelesaian masalah. Apabila saya harus menunggu permak jeans setelah lebaran, saya sudah keburu berada di jogja pada saat itu, dan bapak permak jeans tahu bahwa saya kuliah di Jogja. Sehingga mungkin akhirnya beliau mau mengerjakan jeans saya. Saat itu saya berpikir bahwa saya harus melakukan concession-making karena tidak ada alternatif lain bagi negosiasi kami (BATNA). Selain perkara waktu yang sempit karena menjelang Lebaran, selama ini saya sudah berlangganan dengan beliau karena hasil permak jeansnya yang bagus dan rapi, ongkosnya juga lebih murah. Apabila saya harus mencari permak jeans lain, saya khawatir tidak bisa memperbaiki jeans saya, karena saat-saat menjelang lebaran akan ada banyak orderan bagi penjahit-penjahit tersebut. Selain itu, saya sedikit ragu hasil permak jeansnya akan sebaik pekerjaan beliau. Kalaupun dipaksakan memakai jeans yang kepanjangan, saya tidak akan merasa nyaman.

26. Alia mirza fatmala
Denda DVD
   Kegiatan yang sering saya lakukan di kala liburan adalah meminjam film di tempat persewaan film. Sebenarnya saya baru aktif dan rajin meminjam DVD lagi baru liburan ini, karena KTP saya dulu hilang entah kemana jejaknya. Dan sekarang dengan terpaksa saya membuat KTP baru dan akhirnya bisa meminjam lagi. Selama KTP saya hilang, saya menggunakan SIM di setiap peminjaman, dan baru liburan ini sudah menggunakan KTP lagi. Suatu hari disaat saya mau mengembalikan DVD, petugas disana bilang bahwa saya belum mengembalikan 6 film selama setahun. Tentu hal ini membuat saya kaget, karena pada saat itu juga saya menemukan KTP saya yang telah lama menghilang. Saya tahu benar bahwa film tersebut bukan saya yang meminjam, tapi karena pada saat itu saya benar-benar membutuhkan KTP dan KTP tersebut tidak akan dikembalikan hingga saya melunasi denda selama setahun dan biaya ganti 6 DVD dengan totalnya Rp 270.000. Astagfirullah!!! Disinilah saya mulai bernegosiasi.
1.    pertama, harga ganti DVD di persewaan tarifnya 10rb, tapi klo beli sendiri di mataram cuma 8rb. Itu artinya bisa ngirit 12rb.
2.    karena saya merupakan member maka ada potongan sebesar 30rb. Lumayan!
3.    selain itu, saya bilang bahwa klo dimurahin,saya akan sering-sering minjem disini lagi lho, lagipula persewaan ini sudah jadi langganan keluarga saya.
   Akhirnya mereka berbaik hati dengan menggratiskan biaya penggantian film dan hanya membayar dendanya saja. Berarti saya hanya perlu membayar Rp 190.000.
o    POSISI DAN KEPENTINGAN
Posisi saya disini adalah meminta keringanan pembayaran. Kepentingannya karena 270rb itu mahal banget dan keterbatasan biaya terutama. Terlebih lagi, saya sedikit tidak rela karena hal itu bukan salah saya, tapi karena terburu oleh waktu, akhirnya saya menyanggupi untuk membayar denda tersebut.
o    TAKTIK BERUNDING DAN ANALISIS PERUNDINGAN
   Taktik berunding yang saya gunakan adalah dengan Contending ( persuasive arguments) dimana saya memberikan alasan-alasan dan sedikit merayu supaya mau dimurahin. Misalnya dengan bilang bahwa sodara-sadara saya selalu meminjam disini, tentu anda tidak mau kehilangan pelanggan,bukan?.
   Lalu time pressure juga terjadi disini. Mungkin untuk yang satu ini bukanlah taktik berunding saya gunakan. Tapi, karena time pressure-lah, saya bersedia untuk membayar denda demi bisa menggunakan KTP yang ditahan tersebut.
   Jelas adanya cost cutting disini. Dengan alas an-alasan tersebut diatas, mereka bersedia untuk menghilangkan biaya ganti rugi DVD hilang ( karena saya sendiri tidak tahu siapa yang meminjam)
   Saya juga menggunakan BATNA, dimana saya berusaha mencari informasi tentang haraga DVD di luar, sehingga saya bisa sedikit menekan biaya penggantian DVD yang ditawarkan oleh pihak persewaan.
   Menurut saya, dalam perundingan kali ini saya lebih banyak bersifat Contending untuk mendapatkan kepentingan saya. Hal itu bisa kita lihat dari taktik berunding yang saya gunakan. Dan pihak persewaan pun bersedia untuk mengabulkan permintaan saya yaitu menekan pengeluaran biaya.


27. Shiela Riezqia
Tugas Rumah Tangga
      Dari tahun ke tahun, mudik ke kampung halaman merupakan tradisi yang lazim dilakukan orang-orang di perantauan sebelum dan sesudah lebaran, tak terkecuali pembantu rumah tangga yang bekerja pada keluarga kami. Seperti biasa, setelah ditinggal si bibi mudik, kami, tiga bersaudara yang ada di rumah, harus membagi tugas untuk mengerjakan tugas rumah tangga, seperti mengepel, menyapu, mencuci, dll.
 Tapi ada satu masalah dalam hal ini yang terjadi tiap tahunnya: adik bungsu kami, Farach, selalu bangun siang hari dan malas untuk mengerjakan tugasnya (sebenarnya ia hanya mendapatkan tugas yang sangat ringan, yaitu mencuci piring, menyapu, dan menyiram tanaman). Biasanya (seperti pengalaman di tahun-tahun sebelumnya), saya dan Dzaky, adik saya yang lain, memarahi Farach agar mengerjakan tugas-tugasnya dan mengejek dia “pemalas”. Meski demikian, ternyata hal ini tak cukup ampuh membuatnya sadar sehingga tugas yang menjadi bagiannya--mau tak mau--dikerjakan oleh kami.
      Tahun ini, sikap Farach masih tidak berubah; ia tetap tidak mau mengerjakan tugasnya. Meski demikian, saya dan Dzaky memutuskan untuk tidak memarahi atau mengejek Farach lagi karena kami sudah capek. Sebagai gantinya, kami mengutarakan rencana kami kepadanya bahwa kami akan menyemprot kamarnya dengan sukarela sebelum tidur (dengan semprotan pembasmi nyamuk) dan melakukan beberapa hal untuknya (yang tidak terlalu memberatkan kami), seperti membuatkan dia susu, mi instan, memasangkan sprei di kasurnya, dan beberapa hal kecil lainnya. Hal ini kami tawarkan karena ia sering meminta tolong kami melakukan hal tersebut dan kami sering juga menolaknya. Farach pun menyetujuinya.
      Keesokan harinya, meski bangun agak terlambat, Farach mengerjakan salah satu tugasnya. Kami pun menepati janji kami dengan menyemprot kamarnya di malam hari dan membuatkan susu untuknya di saat sahur. Esok harinya lagi, ia tetap mengerjakan tugasnya dan kami mengerjakan beberapa hal ringan untuknya, bahkan pujian di depan famili yang lain bahwa ia adalah anak yang rajin. Rupanya hal ini sangat menyemangati dan membuat ia tetap membantu kami.
      Dalam perundingan ini, dapat dianalisis bahwa strategi yang digunakan adalah problem solving dengan taktik exchanging concessions. Taktik ini dapat dilakukan karena masing-masing pihak yang bernegosiasi memiliki broader relationship (karena mereka satu keluarga). Gaya berkonflik yang digunakan adalah collaborating. 


28. Nick Sandy Santiago
“Ayo, Cepetan Nyucinya!!”
Menjelang kepulangan teman saya dari mudik, saya dan seorang teman saya dihadapkan pada sebuah tugas yang diberikan oleh teman saya yang mudik tersebut: mencuci sebuah mobil dan dua motor yang dimilikinya. Tentu saja itu tidak menjadi sebuah hal yang rumit, sebab saya tidak melakukannya sendiri. Namun yang menjadi permasalahan ialah yang mana yang akan kami cuci terlebih dahulu. Pada malam sebelum kami akan mencuci kendaraan tersebut, kami berdua pun berunding. Saya menawarkan opsi untuk mencuci mobil terlebih dahulu pada pagi hari dan teman saya menawarkan untuk mencuci motor terlebih dahulu. Alasan saya untuk mencuci mobil terlebih dahulu pada pagi hari ialah karena akhir-akhir ini sering turun hujan pada siang dan sore hari, sehingga menghindari mobil terkena hujan setelah dicuci, sedangkan teman saya berargumen bahwa dengan mencuci mobil setelah motor, maka mobil akan terlihat lebih bersih ketika menjemput si empunya mobil yang akan datang malam harinya. Tentu saja saya kurang sependapat dengan hal itu, sebab walaupun dicuci pagi ataupun sore akan terlihat sama saja apabila mobil tersebut tidak digunakan dan langsung dimasukkan ke garasi. Apalagi mengingat kondisi cuaca sore hari yang sering hujan, sehingga akan membuat mobil kembali kotor setelah dicuci. Setelah mendengar argumen saya dan sepertinya dia juga kehabisan argumen, maka kesepakatan akhirnya tercapai sesuai dengan rencana saya.
Meskipun sama-sama ingin mencuci mobil, namun yang kami rundingkan dalam hal ini ialah waktunya. Dalam perundingan ini saya menggunakan taktik contending dengan alasan persuasif, yaitu dengan menjadikan cuaca sebagai elemen penting di dalamnya. Saya memilih untuk mencuci mobil pada pagi hari daripada siang atau sore hari sebab cuaca di pagi hari jauh lebih baik. Salah satu faktor yang juga cukup menentukan dalam negosiasi ini ialah adanya time pressure bagi kami, yaitu mencucinya sebelum si pemilik mobil datang pada malam harinya, sehingga saya lebih menekan untuk segera melakukannya dan teman saya dengan cepat menyetujui negosiasi tersebut.

29. Sirajudin Hasbi
    Hari sabtu yang lalu saya berhalal bi halal di rumah teman. Tiba - tiba seorang teman saya menelepon memberitahu bahwa sore nanti jam 3 akan bertanding futsal dan mengajak saya turut serta. Saya jawab saya tidak bisa karena masih ada acara dan menyarankannya untuk mengajak yang lain. Dia terus membujuk saya untuk ikut, karena beberapa teman yang lain tidak bisa datang. Selanjutnya saya meminta waktu untuk berpikir dan berjanji akan menelepon balik.
    Setelah beberapa saat, saya meneleponnya dan mengatakan tidak bisa ikut karena acara baru selesai jam 2.30 dan tidak membawa sepatu futsal sedangkan untuk mengambil sepatu ke rumah dibutuhkan waktu sekitar satu jam, jadi nanti tidak akan cukup waktu dan itu cukup melelahkan bagi saya meski sebenarnya saya sangat ingin ikut bermain futsal. Dia masih terus membujuk. Karena tidak enak terus - menerus dibujuk, saya mengatakan bahwa saya bersedia ikut apabila dia mau membawakan sepatu saya. Dia kemudian setuju karena dia belum berangkat dan rumah dia dekat dengan rumah saya. Akhirnya kami dapat bermain futsal bersama - sama.
    Negosiasi yang kami lakukan menghasilkan hasil win - win dengan pendekatan strategi problem solving. Dimana kedua belah pihak mendapat kepentingannya masing - masing. Saya tidak capai hanya untuk mengambil sepatu futsal dan dapat bermain futsal, sedangkan untuk teman saya dia berhasil mendapatkan tambahan pemain untuk pertandingan futsal karena akhirnya saya bersedia ikut serta. Hasil yang memuaskan ini tidak terlepas dari sifat kompromi yang sama - sama kami tunjukkan dalam negosiasi ini.
    Negosiator di sini juga melakukan teknik bernegosiasi yang baik, yaitu dengan menciptakan ide - ide brilian untuk menyelesaikan permasalahan kedua belah pihak sehingga tercipta win - win solutions yang tepat bagi keduanya. Serta inspiratif, yang membuat kedua negosiator tetap bersemangat untuk melanjutkan negosiasi.

30. Shelley Yuniarti
      Liburan idul fitri yang lalu saya dan keluarga pergi mudik ke Pekalongan selama 3 hari 2 malam. Setelah jalan-jalan di sana dan bertamu ke tempat saudara saya kami pulang pada hari ketiga dengan menggunakan travel. Waktu yang ditempuh kira-kira 4 jam, ketika akan sampai di daerah Magelang supir berhenti sejenak untuk istirahat dan menanyakan tempat tujuan kami. Karena rumah kami agak masuk gang maka kami meminta kepada supir travel tersebut untuk memberhentikan kami di agen travel tempat kami berangkat ke Pekalongan kemarin. Akan tetapi, supir tersebut menolak karena jalannya tidak searah dengan tujuan berikutnya yaitu Yogyakarta sehingga dia tidak mau memutar-mutar. Ibu saya sudah menawarkan untuk memberi bayaran lebih tetapi supir tersebut tetap menolak dengan alasan mengejar waktu pemberangkatan berikutnya dari Yogyakarta ke Pekalongan. Alhasil perundingan menjadi lebih bargaining dan akhirnya kami meminta diturunkan di gang yang paling dekat dengan rumah kami meskipun dengan demikian kami harus jalan kaki dengan membawa tas dan barang-barang lainnya.
      Posisi kami adalah diantarkan sampai rumah dan kepentingannya adalah barang bawaan yang terlalu banyak sehingga susah membawanya. Posisi supir adalah tidak mengantarkan kami sampai rumah dan kepentingannya adalah mengejar waktu pemberangkatan berikutnya. Perundingan ini tidak dapat menjadi problem solving disebabkan karena beberapa hal yaitu waktu berunding yang relative singkat karena hanya di tempat pemberhentian sekitar 10 menit sehingga tidak memunculkan opsi-opsi tertentu yang dapat menjembatani kepentingan kedua pihak. Selain itu, lawan berunding (supir) memiliki kepentingan yang menyangkut banyak orang dan tanggung jawab pekerjaannya sehingga susah untuk dipertemukan dengan kepentingan kami.  Isu yang tidak berkembang juga membuat perundingan menjadi stuck atau berhenti.

Lebih baru Lebih lama