Gerakan Non-Blok atau Non Align Movement

Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non Align Movement (NAM) adalah suatu gerakan yang dipelopori oleh negara-negara dunia ketiga yang beranggotakan lebih dari 100 negara-negara yang berusaha menjalankan kebijakan luar negeri yang tidak memihak dan tidak menganggap dirinya beraliansi dengan Blok Barat atau Blok Timur. Mayoritas negara-negara anggota GNB adalah negara-negara yang baru memperoleh kemerdekaan setelah berakhirnya Perang Dunia II, dan secara geografis berada di benua Asia, Afrika dan Amerika Latin.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, tepatnya di era 1950-an negara–negara di dunia terpolarisasi dalam dua blok, yaitu Blok Barat di bawah pimpinan Amerika Serikat dan Blok Timur di bawah pimpinan Uni Soviet. Pertarungan antara Blok Barat dan Timur dikenal sebagai era perang dingin (Cold War) yang berlangsung sejak berakhirnya PD II hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1989.

Negara-negara dunia ketiga (di Asia, Afrika, Amerika Latin) menjadi wilayah yang sangat menarik bagi kedua blok untuk menyebarkan pengaruhnya. Akibat persaingan kedua blok tersebut, muncul beberapa konflik terutama di Asia, seperti Perang Korea, dan Perang Vietnam. Dalam kondisi seperti ini, muncul kesadaran yang kuat dari para pemimpin dunia ketiga saat itu untuk tidak terseret dalam persaingan antara kedua blok tersebut.

Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam lahirnya organisasi Gerakan Non Blok. Dengan dipelopori oleh lima pemimpin negara Indonesia, India, Pakistan, Burma dan Srilangka. Terselenggaralah sebuah pertemuan pertama di Kolombo (Srilangka) pada 28 April-2 Mei 1952, dilanjutkan dengan pertemuan di Istana Bogor pada 29 Desember 1954. Dua konferensi diatas merupakan cikal bakal dari terselenggaranya Konferensi Asia-Afrika /KAA di Bandung pada 18 April-25 April 1955 yang dihadiri oleh wakil dari 29 negara Asia dan Afrika

KAA di Bandung merupakan proses awal lahirnya GNB. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan proses ini tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah Presiden Mesir Ghamal Abdul Naser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josep Broz Tito. Kelima tokoh ini kemudian dikenal sebagai para pendiri GNB.
 adalah suatu gerakan yang dipelopori oleh negara Gerakan Non-Blok atau Non Align Movement
Pembentukan organisasi Gerakan Non Blok dicanangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I di Beograd, Yugoslavia 1-6 September 1961 yang dihadiri oleh 25 negara dari Asia dan Afrika. Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB berketetapan untuk mendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi memformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.

GNB menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang diselenggararakan di Bandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB.  Tujuan GNB mencakup dua hal, yaitu tujuan ke dalam dan ke luar.
  1. Tujuan kedalam yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang jauh tertinggal dari negara maju. 
  2. Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju perdamaian dan keamanan dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, negera-negara Non Blok menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Pokok pembicaraan utama adalah membahas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tujuan Non Blok dan ikut mencari solusi terbaik terhadap peristiwaperistiwa internasional yang membahayakan perdamaian dan keamanan dunia.

Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali. Biasanya setelah mengadakan konferensi, kepala negara atau kepala pemerintahan yang menjadi tuan rumah konferensi itu akan dijadikan ketua gerakan untuk masa jabatan tiga tahun. Berikut daftar lengkapnya :
  1. KTT I – Belgrade, 1 September 1961 – 6 September 1961
  2. KTT II – Kairo, 5 Oktober 1964 – 10 Oktober 1964
  3. KTT III – Lusaka, 8 September 1970 – 10 September 1970
  4. KTT IV – Aljir, 5 September 1973 – 9 September 1973
  5. KTT V – Kolombo, 16 Agustus 1976 – 19 Agustus 1976
  6. KTT VI – Havana, 3 September 1979 – 9 September 1979
  7. KTT VII – New Delhi, 7 Maret 1983 – 12 Maret 1983
  8. KTT VIII – Harare, 1 September 1986 – 6 September 1986
  9. KTT IX – Belgrade, 4 September 1989 – 7 September 1989
  10. KTT X – Jakarta, 1 September 1992 – 7 September 1992
  11. KTT XI – Cartagena de Indias, 18 Oktober 1995 – 20 Oktober 1995
  12. KTT XII – Durban, 2 September 1998 – 3 September 1998
  13. KTT XIII – Kuala Lumpur 20 Februari 2003 – 25 Februari 2003
  14. KTT XIV – Havana, 11 September 2006 – 16 September 2006
  15. KTT XV - Sahrm-el Sheikh, 11 Juli –16 Juli 2009
  16. KTT XVI - Teheran, 26 Agustus –31 Agustus 2012

Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok
Indonesia berperan penting dalam Gerakan Non-Blok, beberapa peran Indonesia antara lain sebagai berikut :
  1. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB;
  2. Indonesia menjadi pemimpin GNB tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta.
  3. Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991
Lebih baru Lebih lama